Samsung, HTC, atau produsen perangkat besar, semua gagal memenuhi kebijakan Google. Untuk menggunakan Google Play Store selain paket Android dasar dari Android Open Source Project (AOSP), OEM harus mematuhi perjanjian yang memaksa smartphone yang menggunakan Android hadir dengan aplikasi Google yang sudah terinstall.
Tetapi regulator Uni Eropa tidak puas dengan kebijakan saat ini dan bisa menjatuhkan denda kepada Google dalam jumlah miliaran, menurut laporan dari Washington Post.
Margrethe Vestager, kepala Uni Eropa Kompetitif, berpendapat bahwa Google search dan tool web browsing telah memastikan dominasi Google dalam menjaga ekosistem aplikasinya sendiri. Hal ini memberi perusahaan kelebihan dibanding aplikasi pihak ketiga lainnya.
Jika itu terjadi, ini akan menjadi kali kedua Google akan diterpa denda dari UE. Kembali di tahun 2016, Google didenda 2,7 miliar dolar dalam memanipulasi hasil pencarian, menawarkan posisi teratas ke situs perbandingan belanjanya sendiri.
Jika peraturan tersebut berlaku, Google harus membawa beberapa perubahan besar pada platform Android-nya. Ada kemungkinan pengguna dapat beralih antara mesin pencari Google dan menginstal mesin pencari pihak ke-3. Selain itu, Google kemungkinan menawarkan fitur uninstall ke aplikasi yang sudah terpasang sebelumnya seperti Google Chrome dan Gboard (Google Keyboard)
Lebih jauh lagi, hal ini jelas akan memaksa Google untuk merombak strategi sepenuhnya karena pengalaman pribadi Google dibangun dari hasil Google search.
“Tidak ada yang dipaksa untuk mendapatkan aplikasi Google, tetapi jika Anda ingin memiliki aplikasi tertentu, Anda harus memiliki seluruh kelengkapan,” kata Jakob Kucharczyk, perwakilan Google UE.
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *