![](https://i0.wp.com/blog.jasaedukasi.com/wp-content/uploads/2018/04/google-fuchshia-os-1.jpg?fit=569%2C320&ssl=1)
Rumor menyatakan bahwa Google Fuchsia merupakan kandidat yang digadang-gadang oleh Google sebagai pengganti Android. Kenapa tidak? ditahun 2018 tepatnya di bulan Februari, Kepala keamanan Android Nick Kralevich telah hengkang dari tim Android dan kemudian hijrah ke departemen proyek Fuchsia untuk bagian keamanan.
Dideskripsikan sebagai proyek ekperimental baru, Kralevich tidak menjelaskan bagaimana Fuchsia mampu benar-benar rilis, pun Google perlu banyak pertimbangan untuk memilih proyek sistem operasi yang benar-benar difokuskan untuk sumber daya yang cukup krusial. Perlu diketahui bahwa Sistem operasi besutan Google yang lain adalah Chrome OS dan Android. Dua sistem yang berbeda pada masing-masing platform, Chrome OS ditujukan pada lingkungan Desktop, Laptop, PC sedangkan Android OS ditujukan pada perangkat mobile.
Rumor
Berdasarkan berita yang beredar, Fuchsia merupakan sistem operasi Google yang nantinya menjawab kompetisi Apple dengan macOS/iOS dan Microsoft dengan Windows 10. Google mengharapkan untuk satu sistem operasi yang mampu berjalan dalam perangkat desktop dan perangkat mobile, bukan terpisah-pisah dengan Android dan Chrome OS. Apakah ini bencana bagi Chrome OS atau Android OS? tentu saja tidak, bayangkan berapa banyak platform yang menggunakan Android OS? berapa banyak foundation yang menggarap Android OS? bilapun tidak didukung atau dikembangan oleh Google sendiri, sistem operasi Android dapat dikembangakan oleh siapa saja khususnya oleh para komunitas dan perusahan-perusahaan lain.
Di awal bulan Oktober 2017 banyak orang berharap Google mengumumkan dan merilis sistem operasi baru sesuai dengan rumor yang bertebaran di dunia maya yang hampir selama 2 tahun berselang yakni Google Andromeda, gabungan antara sistem operasi Android dengan Chrome OS yang ternyata waktu itu belum selesai digarap juga. Sayangnya hal tersebut tidak pernah terjadi. Ada beberapa Aplikasi android yang mampu berjalan di desktop seperti di ChromeBook dan PixelBook. Proyek Andromeda merupakan bagian dari proyek Fuchsia yang tentunya berjalan lebih baik dibandingkan dengan aplikasi yang di-port untuk berjalan dilain sistem operasi seperti mengemulasi aplikasi Android dengan emulator di desktop.
Perangkat Lunak Dikembangkan Sendiri
Proyek Fuchsia sendiri merupakan Hybrid OS yang tentunya sampai saat ini sedang dalam tahap pengembangan. Pada tahun 2019 nanti secara keseluruhan Fuchsia OS memiliki antarmuka yang menyesuaikan dengan platform yang digunakan, pada gawai mobile dikenal dengan nama Armadillo sedangkan pada desktop dikenal dengan nama Capybara. Kernel yang digunakan oleh Fuchsia sendiri tidak mengadopsi kernel Android melainkan kernel baru yang diberi nama Zircon.
Zircon dirancang guna mempermudah pembaruan secara konsisten, tingkat keamanan Zircon juga cukup bagus dikarenakan dengan adanya lapisan keamanan tambahan. Tidak hanya itu, kernel Zircon juga mampu meng-kompatibelkan semua aplikasi untuk semua pembaruan, artinya aplikasi akan selalu dapat digunakan pada semua versi Zircon. Aplikasi pada sistem operasi Fuchsia dapat dibuat menggunakan Flutter, yang baru-baru ini dikabarkan menjadi pesaing React Native. Flutter merupakan Framework yang mampu berjalan pada Android dan iOS.
Standar Google
Jika diukur dengan desain yang diusung Fuchsia, tidak beda dengan dengan desain standar Google yakni material desain. Material desain dapat ditemui pada Android OS dan Chrome OS. Desain tersebut merupakan desain yang memberi fokus pada bayangan dengan teknologi Vulkan-based Graphics renderer yang dikenal dengan nama Escher. Hasilnya antarmuka yang diberikan pada Fuchsia lebih dalam dan terlihat lebih mirip produk flat OS.
Fuchsia juga membenamkan Google Assistant yang mampu terhubung pada semua aplikasi yang ada pada perangkat sehingga aksi oleh pengguna dapat dengan mudah dilakukan dengan hanya perintah. Fuchsia berkomitmen untuk menjadi cross-device OS to date yang terbaik, untuk mencapainya Fuchsia menggunakan Ledger. Ledger mampu menggunakan satu akun Google untuk mengotomasi penyimpanan lokasi pengguna dan segala aplikasi yang dibutuhkan pada seluruh perangkat Fuchsia. Ledger juga mengsinkronasikan semua perangkat secara bersamaan.
Kita coba lihat saja perkembangan sistem operasi Fuchsia ini, apakah berhasil sesuai dengan harapan Google untuk bersaing dengan para kompetitornya. Apalagi kita juga harus bersabar untuk mendapatkan kabar rilis Fuchsia secara stabil. Namun sekali lagi proyek besar dari Google juga belum tentu benar-benar berhasil. Bagi yang mau mencoba demo Fuchsia secara online bisa diakses di sini.
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *