Baru baru ini dunia dikejutkan dengan penemuan Virus ransomeware WannaCrypt yang menginveksi lebih dari 200 ribu komputer di 150 negara tak terkecuali termasuk di Indonesia ikut terkena dampaknya.
Pada 12 Mei, serangan global ransomware jenis WannaCrypt atau WannaCry secara besar-besaran diluncurkan dan berhasil menyerang banyak organisasi di seluruh dunia.
WannaCrypt yang disebut juga WannaCry menginfeksi menyerang dengan mengunci komputer dan meminta tebusan bitcoin untuk membukanya. Software WannaCrypt ini bisa menyebar otomatis melalui sistem file sharing di jaringan. Ia memanfaatkan celah keamanan di versi lama Windows dan dirancang oleh lembaga keamanan AS National Security Agency, sebelum jatuh ke kelompok hacker.
Perusahaan anti virus Kaspersky Lab mendeteksi setidaknya 45.000 upaya infeksi di 74 negara, yang mana kebanyakan terjadi di Rusia. Memang data seberapa besar dampak serangan WannaCrypt berbeda-beda, namun dipastikan kalau skalanya besar.
“Serangan ini adalah contoh lain mengapa menimbun celah keamanan oleh pemerintah adalah masalah. Kita sudah melihat celah keamanan yang disimpan CIA bocor di WikiLeaks dan sekarang dicuri dari NSA dan berdampak pada kustomer di seluruh dunia,” sebut presiden Microsoft, Brad Smith.
“Berulang kali, eksploitasi oleh pemerintah bocor ke domain publik dan menimbulkan kerusakan luas,”
Serangan terjadi dengan memanfaatkan kerentanan Microsoft Windows, yang dijelaskan dan diperbaiki pada Microsoft Security Bulletin MS17-010. Namun, sepertinya masih banyak organisasi yang belum memasang patch.
Microsotft menegaskan bahwa patch untuk celah keamanan di Windows itu sudah dirilis awal tahun ini. Tapi banyak pihak tidak menambal komputer lama. Saat ini Microsoft berusaha membantu konsumen yang terdampak, meskipun mereka memakai Windows versi dulu.
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *